TUGAS PENGANTAR EKONOMI MAKRO
EKSPOR KELAPA SAWIT dan KARET
Disusun Oleh :
1.
Alya Maherka
Ekaputri (B12.2016.03128)
2.
Nor Lailatul Fitriyah (B12.2016.03124)
3.
Irma Kusuma Rosalina (B12.2016.03207)
4.
Presya Indriyana (B12.2016.03134)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Tahun Ajaran 2016
Universitas Dian Nuswantoro
Daftar Isi :
KELAPA SAWIT
Pendahuluan :
1.1Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menghasilkan minyak sawit mentah menjadi andalan komoditi ekspor Indonesia.
Kelapa sawit memiliki peran strategis karena : (1) kelapa sawit merupakan bahan
baku utama dari minyak goreng sehingga
pemasukkan secara bertahap menjaga kestabilan harga tersebut. (2) kelapa sawit
merupakann komoditi pertanian andalan non migas yang mempunyai prospek yang
baik. (3) dalam proses produksi mampu
mengelolah dan menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan
maasyarakat.
Minyak
kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang sangat menguntungkan karena harga
minyak sawit di pasar internasional cenderung selalu mengalami peningkatan .
Pengembangan kelapa sawit melalui perluasan area tanah.
Perkembangan
luas area dan produksi kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat dari tahun
2001 sampai 2010 , yang diikuti dengan produksi yang cendurung meningkat. Hal
ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengekspor kelapa sawit di
dunia internasional.
Pengertian
ekspor merupakan penganekaragaman barang ekspor dengan memperbanyak macam dan
jenis barang yang di ekspor misal Indonesia awalnya mengekspor tekstil dan
karet kemudian menambah komoditas ekspor seperti kayu lapis, rumput laut, dan
lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ekspor :
1.
Faktor Eksternal :
a. Kepercayaan
antara eksportir (yang mengekspor) dan importir (yang mengimport)
b. Pemasaran
c. Sistem
kuota dan kondisi hubungan perdagangan dengan negara lain
d. Keterkaitan
dalam keanggotaan organisasi internasional
e. Kurangnya
pemahaman akan tersedianya bahan internasional.
2.
Faktor Internal
a. Persiapan
teknis
b. Kemampuan
dan pemahaman transaksi luar negeri
c. Pembiayaan
d. Kekurangsempurnaan
dalam mempersiapkan barang
Jumlah Perusahaan pengahasil kelapa sawit di
Indonesia
Tahun
|
Jumlah
|
2008
|
1.146
|
2009
|
1.151
|
2010
|
1.176
|
2011
|
1.217
|
2012
|
1.150
|
2013
|
1.601
|
Data Ekspor
Kelapa (Sawit 5 tahun terakhir
)
Tahun
|
Jumlah
(Ton)
|
2010
|
17,1 Ton
|
2011
|
17,6 Ton
|
2012
|
18,2 Ton
|
2013
|
22,4 Ton
|
2014
|
21,7 Ton
|
2015
|
26,4 Ton
|
Pembahasan Tabel
Ekspor
kelapa sawit dari tahun ke tahun semakin meningkat. Karena
Permintaan meningkat dan menguntungkan indonesia dengan alasan :
1.
Permintaan internasional kelapa sawit
yang besar dan terus berkembang seiring dengan kenaikan jumlah global.
2.
Biaya produksi kelapa sawit di indonesia
sangat murah.
3.
Tingkat produktivitas yang lebih tinggi
karena budidaya kelapa sawit sudah di tingkatkan secara signifikan baik oleh
petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia.
4.
Biaya logistik yang tinggi karena
kurangnya kualitas san kuantitas infrastruktur.
Kebiijakan Ekspor :
1.
Diversifikasi
ekspor atau menambah keragaman barang ekspor
2.
Subsidi Ekspor
3.
Premi Ekspor
4.
Dievaluasi
5.
Meningkatkan
promosi dagang ke luar negeri
6.
Menjaga
kestabilan nilai kurs Rupiah terhadap Mata Uang Asing
7.
Mengadakan
Perjanjian kerjasama ekonomi baik bilateral (2 negara ) atau multilateral
(lebih dari 2 negara) .
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan
yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia dan
menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa
negaraa di luar minyak dan gas. Sekitar 90% produksi karet di Indonesia
diekspor ke mancanegara seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Amerika , Papua
Nugini. Hal tersebut disebabkan karena pengolahan karet di Indonesia cukup
meningkat dan mengalami perkembangan .
Indonesia
merupakan negara dengan penghasil karet terbesar di dunia. Meskipun demikian
produksi karet di Thailand pertahun lebih besar di bandingkan dengan produksi
karet di Indonesia. Keadaan ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas di
Indonesia dan masih dijual dalam bentuk mentah dengan mutu rendah. Karena
industri pengolahan karet belum berkembang dengan baik.
Negara tujuan ekspor karet Indonesiaterbesar adalah
:
1.
Amerika Serikat
2.
Tiongkok
3.
Jepang
4.
Singapira
5.
Brazil
6.
India
7.
Korea
8.
Kanada
9.
Jerman
1- Turki
Variabel independen yang akan digunakan adalah
produksi karet alam Indonesia, harga minyak mentah dunia, harga ekspor karet
alam Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Sedangkan variabel
dependennya Faktor-faktor yang mempengaruhi volume
ekspor karet alam Indonesia.
Volume ekpor karet alam
Indonesia. Berdasarkan hasil dari IRF, dapat diketahui variabel yang paling
berpengaruh terhadap volume ekspor pada saat terjadi goncangan adalah produksi
karet alam Indonesia. Apabila terjadi guncangan sebesar satu deviasi maka akan
langsung direspon negatif oleh volume ekspor dengan penurunan sebesar 1 persen
pada periode ketiga. Namun setelah itu akan direspon positif dengan kenaikan
sebesar 1,6 persen sebelum akhirnya mulai stabil pada periode ke-9. Sedangkan
variabel lainnya pada saat terjadi goncangan tidak terlalu mempengaruhi volume
ekspor karet alam Indonesia. Berdasarkan hasil dari FEVD, dapat diketahui
volume ekspor pada jangka panjang lebih banyak dipengaruhi oleh produksi karet
alam yaitu sebesar 50 persen dan nilai tukar sebesar 29 persen.
Peran nilai tukar terhadap
volume ekspor dalam jangka panjang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
jangka panjang kestabilan nilai tukar akan meningkatkan volume ekspor. Hal ini
disebabkan karena dengan menurunnya faktor ketidakpastian maka resiko yang
ditanggung oleh para importir menurun juga sehingga para importir karet alam
tidak akan ragu-ragu dalam meningkatkan impor karet alam dari Indonesia. Pada
jangka panjang, ekspor karet alam Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh
produksi karet alamnya. Hal ini disebabkan karena volume ekspor tergantung pada
produksi karet alam Indonesia. Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang
memerlukan waktu untuk dapat berproduksi. Kenaikan permintaan karet alam tidak
dapat direspon secara cepat oleh produksi karet alam tersebut. Pada jangka
panjang apabila produksi karet alam meningkat, maka volume ekspor akan
meningkat. Dari hasil IRF dan FEVD maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang
paling berpengaruh terhadap volume ekspor pada saat terjadi guncangan adalah
variabel produksi karet alam. Namun pada kenyataannya variabel ini jarang
terjadi guncangan yang berarti. Hal ini disebabkan karena tanaman karet
merupakan tanaman tahunan sehingga tingkat produksi karet dapat diantisipasi
dan dapat diperkirakan produksi setiap tahunnya.
Sedangkan variabel lain yang
sering mengalami guncangan seperti harga minyak mentah dunia dan harga ekspor
karet alam Indonesia, tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume
ekspor karet alam Indonesia. Pada jangka pendek dan jangka panjang, kontribusi
terhadap pembentukan volume ekspor karet alam lebih banyak didominasi oleh
produksi karet alam itu sendiri. Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat
diketahui bahwa dinamika ekspor karet alam Indonesia tidak terlalu besar
pengaruhnya terhadap perubahan volume ekspor karet alam Indonesia serta perlu
adanya usaha pemerintah untuk dapat meningkatkan produksi karet alam dalam
rangka meningkatkan volume ekspor karet alam Indonesia.
Data jumlah eksporkaretke Luar Negeri
Tahun
|
Jumlah
|
2010
|
2,20 Ton
|
2011
|
2,55 Ton
|
2012
|
2,80 Ton
|
2013
|
2,70 Ton
|
2014
|
2,60 Ton
|
2015
|
2,30 Ton
|
Pada tahun 2010, jumlah ekpor karet mencapai 2,20
Ton. Hal ini di sebabkan karena meningkatnya permintaan pasar dari luar negeri
terhadap salah satu komoditas unggulan Indonesia ini. kemudian pada tahun 2011
naik mencapai 2,55 ton . kenaikan dari tahun 2011 ke 2012 sebesar 0.35 atau
15,9% .Dari tahun 2012 hingga 2015 nilai ekspor karet terus menurun. pada tahun
2012 ke 2013 mengalami penurunan sebesar 0,25 atau 9,8% . Turunnya jumlah
ekspor karena disebabkan harga pasar karet di pasar internasional turun. pada
tahun 2013 ke 2014 jumlah ekspor karet mengalami penurunan sebesar 0,10 Ton . Pada tahun
2015 ekspor karet menurun tajam sebesar
0.30 Ton atau 300 Kg. Penurunan tajam ini terjadi akhibat gangguan
produksi berupa ketidakpastian cuaca dan masih rendahnya harga komoditas itu di
pasar dunia.Volume karet meningkat tetapi nilai ekspornya mengalami penurunan.
Kebijakan Ekspor
Saat ini,kebijakan yang
mengatur sektor karet nasional tercakup dalam Permendag No. 10/M-DAG/PER/4/2008
tentang Ketentuan Karet Alam Spesifikasi Teknis Indonesia (SIR) yang
diperdagangkan ke Luar Negeri dan Permendag No. 53/M-DAG/PER/10/2009 tentang
Pengawasan Mutu Bahan Olah Komoditi Ekspor Standard
Indonesia Rubber yang diperdagangkan.
Landasan hukum ekspor
a.
Berdasarkan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998
tentang Ketentuan Umum Dibidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomer 01/MDAG/PER/1/2007 tanggal
22 januari 2007
b.
Undan-Undang Nomer 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomer 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan
c.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
145/PMK.04/2007 Tentang Ketentuan Kepabean Dibidang Ekspor
d.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomer P-40 /BC/2008 JO . P-06 BC 2009 JO .P-30 /BC 2009 JO .P27 BC/2010
Tentang Tata Laksana Kepabeanan Dibidang Ekspor.
e.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomer P-41 BC 2008 Tentang Pabean Ekspor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar